Sabtu, 30 April 2011

stenochlaena palustris

Nama : Nusrotul Fitria
NIM : 09620059

STENOCHLAENA
Stenochlaena palustris


(http://floraofsingapore.wordpress.com/2010/05/10/stenochlaena-palustris/)
    1. Klasifikasi
Kingdom      Plantae
       Division       Traeophyta
              Class         Polypodiopsida
                   Order         Polypodiales
                          Family       Blechnaceae
                                Genus        Stenochlaena
                                        Species     Stenochlaena palustris
                                                           (http://www.plantamor.com/index.php?plant=1191 )

    1. Deskripsi
Stenochlaena merupakan tumbuhan paku epifit; dengan rhizome yang memanjat, berwarna hijau, terdapat sisik pada ujungnya, bentuknya tidak dorsoventral; sisiknya peltatus, dengan tepi yang tidak rata, Stipe tidak digabung dengan rachis. Frond berupa pinnatus sederhana, sehingga frond dimorphic. Pinnae lateral digabung ke rachis, frond yang steril sering berada pada tepi; dan yang fertile lebih sering pada hampir linear dengan spora yang menutupi permukaan bawah, bersifat coriaceous; vena membentuk costal areolar, dan vena yang lain bebas. Ini merupakan genus tropisdari empat spesies dari afrika ke Polynesia. Genus Stenochlaena meliputi Stenochlaena palustris(Tagawa,1985) .
    1. Siklus hidup

      (http://id.wikipedia.org/wiki/Tumbuhan_paku#Daur_hidup_.28metagenesis.29)
      Daur hidup tumbuhan paku mengenal pergiliran keturunan, yang terdiri dari dua fase utama:gametofit dan sporofit. Tumbuhan paku yang mudah kita lihat merupakan bentuk fase sporofit karena menghasilkan spora. Bentuk generasi fase gametofit dinamakan protalus (prothallus) atau protalium (prothallium), yang berwujud tumbuhan kecil berupa lembaran berwarna hijau, mirip lumut hati, tidak berakar (tetapi memiliki rizoid sebagai penggantinya), tidak berbatang, tidak berdaun. Prothallium tumbuh dari spora yang jatuh di tempat yang lembab. Dari prothallium berkembang anteridium (antheridium, organ penghasil spermatozoid atau sel kelamin jantan) dan arkegonium (archegonium, organ penghasil ovum atau sel telur). Pembuahan mutlak memerlukan bantuan air sebagai media spermatozoid berpindah menuju archegonium. Ovum yang terbuahi berkembang menjadi zigot, yang pada gilirannya tumbuh menjadi tumbuhan paku baru, sehingga termasuk golongan tumbuhan paku homosfor.






      1. Kunci identifikasi
        frond, batang, daun, siklus hidup,
                   4. Nama daerah
      1. Malaysia; paku midung, paku akar, paku naga, paku ramu
      2. Indonesia; akar pakis, lemiding, melat, miding, paku ramiding, paku hurang, pakis bang, Bampesu, lembideing
      3. Vietnam; Choai
      1.6.2 Description 
      Stenochlaena palustris merupakan paku tanah yang menjalar/memanjat, hingga mencapai panjang 10 m, rhizome berwarna hijau dan sedkit bersisik ketika mature/dewasa. Hanya ujung pertumbuhan yang telah tertutupi oleh overlapping dari sisik yang membentuk perisai, dengn sisiknya yang berwarna coklat.tangkai daun panjangnya sekitar 15-20 cm yang dipisahkan oleh rhizome dan bulu-bulu halus ketika masih muda. Ada daun yang melekuk ramping pada permukaan atasnya. Daun dewasa secara otomatis menjadi kaku, kasar, dan berwarna hijau gelap. Ketika muda, daunnya berwarna hijau kemerahan yang pucat. Ada 2 tipe dari daun frond, yaitu: steril dan fertile, kedua tipe memiliki panjang sekitar 40-80 cm, dan mempunyai 8-15 pasangan daun dan satu daun pada ujung terminalnya. Daun bagian atas beberapa direduksi ukurannya. Daun lateral biasanya mempunyai lobus yang seperti telinga, tetapi yang seperti ini tidak ada daun pada ujung terminalnya. Frond yang steril halus dan mengkilap dan sebagai pembatas sebelah dalam, frond yang steril hampir ellips dan memiliki tangkai daun yang pendek. Meskipun bermacam-macam ukuran dan bentuknya,frond steril umumnya memiliki ukuran panjang 15 cm dan lebar sekitar 3 cm. Tepinya tidak berwarna dan terdapat kelenjar yang menutupi permukaan basalnya. Frond fertile daunnya hampir linear dengan ukuran panjang dan lebar 20 cm dari 3 mm, dan pada permukaan bawahnya ditutupi dengan sporangia kecuali hamper menepi berkas. Spora mempunyai 2 tepi yang simetry yang tidak berwarna dan transparent.
      1.6.3 Habitat
      Stenochlaena palustris merupakan paku epifit yang memanjat di pohon-pohon, jarang ditemukan hidup di darat atau pada batu yang agak kering di ketinggian yang rendah sekitar 400 m(anonymous). Sedangkan menurut(tagawa, 1985) stenochlaeana palustris dapat hidup dimana saja pada dataran rendah, ditempat terbuka, dan hutan sekunder yang cukup kelembapan, dan antara air payau dan air tawar. Umumnya sering ditemukan pada hutan rawa. Sebagai paku pemanjat, dapat memenuhi pohon dengan menggelantung, dan ada juga yang berasosiasi dengan mangrove.
      1.6.4 Distribusi
      Terjadi dari India melewati Asia tenggara hingga Polynesia dan Australia
      1.6.5 Manfaat
      1. Di Indonesia daun yang masih muda kemerahan dapat dimakan sebagai sayuran
      2. Dari hasil penelitian Adenan (2010), ekstrak Stenochlaena palustris dapat mengurangi stres peroksidase hati dalam caligata Marmota dengan induksi demam.
      3. Dari hasil penelitian Sumathy(2010),Stenochlaena palustris dapat digunakan sebagai alternatif yang aman untuk bahan pengawet karena dapat menghambat pertumbuhan jamur patogen 
      Daftar pustaka
        Adenan; Suhartono, Eko. 2010. Stenochlaena palustris aqueous extract reduces hepaticperoxidative stress in Marmota caligata with induced fever. Vol. 29, No 3
        Anonymous. GROUP A: FERNS, Part 2: DESCRIPTIONS – Ferns. Mangrove Guidebook for Southeast Asia. jurnal tanpa nama
        http://floraofsingapore.wordpress.com/2010/05/10/stenochlaena-palustris
        http://www.plantamor.com/index.php?plant=1191
        http://id.wikipedia.org/wiki/Tumbuhan_paku#Daur_hidup_.28metagenesis.29
        http://www.iradisa.com/terbaru-biologi--gonzaga-paku-homospore--peralihan
        Sumathy, dkk. 2010. Effects of Stenochlaena palustris Leaf Extract on Growth andMorphogenesis of Food Borne Pathogen, Aspergillus niger. volume 16(3)
        Tagawa M dan Iwatsuki K.1985.Flora Of Thailand vol.3 part 2.Tem Semitinad : Bangkok.

        Kamis, 28 April 2011

        Tumbuhan lumut


        LUMUT
        A      Pendahuluan
        Pada umumnya habitat lumut lumut adalah pada tempat-tempat lembab misalnya pada kulit kayu, batuan dan tembok. Seringkali tumbuhan lumut ada yang hidup di tempat peralihan antara darat dan air misalnya di tempat yang becek, yaitu di tepian sungai atau rawa. Beberapa jenis tumbuhan lumut ada yang hidup mengapungdi air (akuatik). Bila air surut lumut tersebut masih dapat hidup dengan baik di lumpur yang kering. Selama musim kering tumbuhan nampak rapuh dan warnanya kekuningan. Pada musim hujan, tumbuhan lumut tumbuh normal kembali dan warnanya hijau.
        Lumut merupakan tumbuhan yang menyesuaikan diri dengan lingkungan darat, meskipum belum bisa meninggalkan lingkungan air. Hal ini terbukti bahwa air  sangat mempengaruhi masaknya organ reproduksi, juga air diperlukan untuk medium agar sperma dapat mencapai sel telur. Sperma berenang merupakan cirriyang masih tertinggal dari tumbuhan akuatik. Oleh karena itu tumbuhan lumut bersifat amfibius.
        Talus atau tumbuhan lumut memperlihatkan struktur yang di adaptasikan untuk kehidupan darat:
        1.      Adannya rhizhid pada tumbuhan lumut. Merupakan organ yang digunakan untuk melekat pada subtrak dan menyerap air.
        2.      Talus dilapisi epidermis yang digunakan untuk melindungi dari kekeringan.
        3.      Adannya pori-pori untuk pertukaran gas.
        4.      Alat kelamin tersebut dari banyak sel, dilindungi oleh sel-sel jaket.
        5.      Spora berdinding tebal dan disebarkan oleh angin.
        6.      Pada beberapa jenis lumut ditemukan sistem pembuluh sederhana.

        B.     KLASIFIKASI
        Ada beberapa klasifikasi tumbuhan lumut yang kita kenal antara lain:
        Menurut Jamieson dan Reinolds (1967) tumbuhan lumut dibedakan menjadi tiga kelompk di antaranny:
        1.      Hipatecae atau lumut hati
        2.      Anthocerotae atau lumut tanduk
        3.      Musci atau lumut daun
        Menurut Rothmakar (1951), dalam Vasishta, (1979) tumbuhan lumut dibedakan atas tiga kelas juga, tetapi penulisan nama takson menurut Rothmaker sudah sesuai dengan ketentuan kode internasinal tatanama tumbuhan yaitu:
        1.      Kelas Hepaticpsida atau lumut hati
        2.      Kelas Athocerpsida atau lumut tanduk
        3.      Kelas Bryopsida.

        C.     KELAS HEPATICOPSIDA (LUMUT HATI)
        Tumbuhan lumut yang termasuk kelas hepaticopsida antara lain adalah Riccia, Marchantian, Porella.
        a.       Susunan Tubuh
        b.      Reproduksi






        Fisiologi Mentruasi

        Fisiologi Menstruasi
        Pada siklus menstruasi normal, terdapat produksi hormon-hormon yang paralel dengan pertumbuhan lapisan rahim untuk mempersiapkan implantasi (perlekatan) dari janin (proses kehamilan). Gangguan dari siklus menstruasi tersebut dapat berakibat gangguan kesuburan, abortus berulang, atau keganasan. Gangguan dari sikluas menstruasi merupakan salah satu alasan seorang wanita berobat ke dokter. Siklus menstruasi normal berlangsung selama 21-35 hari, 2-8 hari adalah waktu keluarnya darah haid yang berkisar 20-60 ml per hari. Penelitian menunjukkan wanita dengan siklus mentruasi normal hanya terdapat pada 2/3 wanita dewasa, sedangkan pada usia reproduksi yang ekstrim (setelah menarche <pertama kali terjadinya menstruasi> dan menopause) lebih banyak mengalami siklus yang tidak teratur atau siklus yang tidak mengandung sel telur. Siklus mentruasi ini melibatkan kompleks hipotalamus-hipofisis-ovarium.